Minggu, 26 Juni 2016

Kecantikan Gadis Berkerudung Biru

"""Gadis Berkerudung Biru""

Tak berhenti hatiku terus mengagumi kecantikan gadis yang ada di sampingku sekarang. matanya bening penuh dengan ketulusan, tatapannya fokus penuh dengan keikhlasan, wajahnya yang putih mulus membuatku ingin bersujud di pipinya dan menyembah tuhan seumur hidupku, senyumnya yang manis yang selalu terlontar kepada sesamanya membuatku yakin bahwa mahluk ini adalah mahluk yang harus dilindungi. sayangnya aku tidak bisa melihat rambutnya, karena gadis cantik ini selalu mengenakan kerudung dan menutup rapat mahkota kepalanya. kerudung yang sering dia pakai adalah kerudung warna biru, sepertinya dia sangat menyukai warna itu.

dia sedang asik memainkan beberapa helai rumput kering yang dia cabut dari hadapannya, taman yang penuh dengan bunga dan beralaskan rerumputan panjang berwarna kecoklatan ini seakan setuju dengan apa yang aku kagumi saat ini. bunga dan daunnya bergoyang seirama dan batangnya menopang dengan rasa saling percaya. matahari sore yang kami tunggu telah berada di hadapan kami berdua, langit berwarna merah jambu di sebelah barat membuat dunia saat ini semakin indah dan rasanya aku ingin hidup hanya pada sore hari saja..

“kak, lihat apa yang aku buat”
“wow, cincin?” tanyaku
“iya, ini untuk kakak” lalu gadis itu memakaikan cincin yang telah dia buat dengan rerumputan kering di jari manisku
“jangan liat cincinnya, tapi rasakan hati orang yang memakaikannya”
“emang hatinya rasa apa?” aku bercanda
“errr rasa tulus dan cinta dari surga” lalu aku berterimakasih dan mencium tangannya.

Dua hari yang lalu kami juga berada di sini, di tempat terindah yang tak pernah dimiliki Negara manapun. Dan dua hari yang lalu aku juga membuatkan dia sebuah gelang dari rerumputan kering dan ku pakaikan di tangannya. Aku sangat mencintainya dan selalu merindukannya di setiap hari hariku dan menantikannya di saat menjelang lelapku.
Tak terasa adzan subuh telah berkumandang, ibuku sepertinya sudah dari tadi mengetuk pintu kamarku. saat saat romantis bersama gadis berkerudung biru ternyata hanya sebuah mimpi tapi aku sangat menikmatinya walaupun kadang merasa aneh. Aku terbangun dengan senyum indah. Aku bangkit dari tempat tidurku dan membuka pintu untuk memastikan pada ibu bahwa aku telah bangun.

“ayo sholat..” kata ibu sesaat setelah aku membuka pintu
“sampai kapan kamu harus ibu bangunkan untuk sholat subuh?”
“aku bisa bangun sendiri kok, bu..”
“makannya cepet cepet nikah dong biar nanti ada yang membangunkanmu.” Hampir setiap pagi ibu selalu menasihatiku untuk segera menikah. Dan setelah sarapan biasanya ibu melanjutkan nasihatnya.
“iya, bu nanti juga aku akan menikah. Belum ketemu jodohnya aja..” jawabku enteng
“ya sudah buruan siap siap, jangan suka menunda sholat”
Lalu Aku mengambil handuk dan menyalakan lampu kamarku, saat lampu menyala dan ruangan menjadi terang aku terkejut dan tatapanku terpaku pada tanganku yang masih menempel di sakelar lampu. Aku melihat sebuah cincin rumput kering terselip di jari manisku. Aku tidak percaya dengan apa yang kualami saat ini tapi ini benar benar terjadi. Aku berusaha mengingat mimpiku semalam dan yang aku ingat adalah seorang wanita berkerudung biru yang hampir setiap malam datang di mimpiku dan dalam mimpiku semalam dia telah membuatkan dan memakaikan cincin rumput kering di jariku.

Saat saat bersama ibu di meja makan adalah saat saat favorittku setelah saat saat aku tiduran di pangkuan ibu sebelum aku tertidur. Tapi belakangan ini aku merasa enggan sarapan bersama ibu karena setiap kali selesai sarapan, ibu selalu menasihatiku untuk segera menikah dan ibu terlihat sangat serius dengan hal yang satu ini.

“Nizam..” panggil ibu dengan halus sesaat aku meminum air putih setelah menghabiskan satu porsi nasi goreng buatan ibu.
“ya, bu..”
“kamu sudah punya pacar?”
“memangnya kenapa?” aku balik bertanya
“kamu jawab dulu pertanyaan ibu”
“mmmm.. sudah, bu..” jawabku. Lalu aku berdiri dan siap berangkat kerja
“tunggu, tunggu..” cegah ibu sambil tersenyum manis
“pacar kamu itu namanya siapa?”
“aduh, ibu.. aku malu dong…”
“kok malu si, sama ibu kok malu?”
“udah ya, bu.. aku mau kerja dulu”
“tunggu, Nizam..” ibu mencegahku lagi. Bahkan kali ini ibu memegangi tanganku. Sekejap aku melihat pegangan ibu lalu aku menatap jauh ke dalam matanya yang terlihat sangat bahagia dan menyimpan sebuah harapan yang sangat besar.
“ya udah, ya udah.. kalo kamu malu menyebutkan namanya, sekarang kasih tau ibu. dia anak mana?”
“mmmmm..”
“ayo kasih tau ibu..”
“dia anak mimpi, bu”
“hah, mimpi?” ibu terlihat sangat terkejut dan tidak percaya
“emang ada kampung yang namanya mimpi?”
“ya ada lah, bu.. aku berangkat dulu ya, bu” aku meraih tangan kanan ibu dan menciumnya. Lalu aku bergegas meninnggalkan ibu yang terlihat sangat kebingungan, mulutnya terus mengeja suku kata “kampung mimpi”
Rasanya aku sangat berdosa sekali karena telah berbohong pada ibu. Sebenarnya aku sama sekali tidak punya pacar apa lagi calon istri. Aku tidak tahu harus menjelaskan seperti apa jika aku pulang nanti dan ibu menanyakan tentang gadis dari kampung mimpi itu.

Aku terus menjalankan sepeda motorku menuju tempat kerjaku, hari masih terlalu pagi untuk seorang salesman seperti aku untuk datang ke tempat kerja, tapi inilah yang aku lakukan setiap hari, aku berangkat lebih pagi dari semua karyawan yang bekerja di dealer sepeda motor Honda tempatku bekerja. Terlepas dari kenakalanku tadi yang berbohong pada ibu, sebenarnya ada satu hal yang mengganggu pikiranku. Sebuah cincin rumput kering yang aku temukan tadi pagi membuatku sangat takut bermimpi. Apa jadinya kalau aku bermimpi dicekik kuntilanak atau mimpi dikejar kejar ikan paus dan aku dimangsanya. Benar benar mengerikan..

Aku mencoba berfikir tentang hal yang lebih penting, gadis yang sering datang dalam mimpiku adalah gadis penjual buah yang pernah aku lihat di gang menuju pasar. waktu itu aku dan beberapa karyawan dealer sedang melakukan promosi keliling dan mendatangi pasar pasar. Entah kenapa saat aku melihat gadis itu rasanya aku telah mengenalnya, apalagi saat pandangan kami bertemu, tatap matanya sungguh menyiramkan suasana yang tidak biasa di hatiku. Tiga hari berturut turut kami promosi ke pasar itu dan tiga hari berturut turut pandanganku terpaku pada wajah gadis yang selalu memakai kerudung warna biru itu.

Tak terasa motor yang ku kendarai telah melaju begitu jauh, sebentar lagi aku akan sampai di tempat kerjaku, tapi entah kenapa hari ini aku tidak semangat bekerja, pikiranku masih mencari apa arti dari semua kejadian yang melibatkan gadis berkerudung biru. Aku sama sekali tidak mengenalnya, menyapanya saja tidak pernah tapi gadis itu sering datang dalam mimpiku dan beberapa puluh menit yang lalu aku telah mengatakan pada ibu bahwa gadis itu adalah pacarku.

Aku menghentikan motorku tepat di depan dealer tempatku bekerja. Kelihatannya masih sepi dan itu membuatku semakin tidak bersemangat. Aku berfikir sebentar dan akhirnya aku menyalakan motorku lagi dan aku memutuskan untuk bolos hari ini.

Aku tidak perduli resiko apa yang harus aku terima dan halangan apa yang akan aku hadapi. Hari ini akan ku cari gadis misteri itu. Aku masih ingat sekali dimana pertama kali aku melihatnya dan sekarang aku telah berada di tempat itu. Aku memandangi setiap sudut Kios buah yang tidak begitu besar tapi terlihat rapi dan bersih, dan aku yakin sekali bahwa gadis itu masih menempati tempat ini. Aku tahu, hari masih terlalu pagi untuk seorang tukang buah menggelar dagangannya, tapi aku putuskan untuk menunggunya di depan kios ini.

Beberapa menit kemudian ada seorang wanita dengan mengendarai sepeda motor mio berwarna putih menuju kios yang sedang aku tunggui dan wanita itu menghentikan motornya tepat di samping kios itu. Dari dalam helmnya aku yakin wanita itu sedang menatapku penuh curiga, aku juga masih mengenakan helmku yang berkaca gelap. Wanita itu mendekatiku dan membuka helmnya
“maaf, anda sedang menunggu siapa?” tanya wanita itu penasaran. Aku terpaku melihat wanita yang ada di hadapanku dan mulutku rasanya terkunci karena di hadapanku sekarang adalah gadis yang selama ini datang dalam mimpiku. Gadis itu terlihat sangat kebingungan dan menatapku penuh tanda tanya dari ujung kaki hingga ujung kepalaku yang masih tertutup helm.
“haloo..?” sapa gadis itu sekali lagi. Berlahan aku membuka helmku dan kali ini gadis itu terpaku
menatap jauh ke dalam mataku. Tatapan gadis itu seakan menceritakan banyak hal misteri yang aku alami. Gadis itu terus menatapku dan matanya mulai berkaca saat aku mencoba menatap matanya lebih lama. Melihat matanya yang mulai berkaca dan berkisah, aku seperti tidak tega jika harus melihat air matanya terjatuh. Aku mengalihkan pandanganku sekejap lalu tersenyum mencoba ramah,
“se.. selamat pagi, mba..” Gadis itu tidak menjawab sapaanku
“mba,” panggilku, dan kali ini membuyarkan lamunannya
“ohh.. maaf, kamu siapa? Kok ada di sini?” tanya gadis itu
“aku Cuma numpang istirahat di sini, aku mau berangkat kerja” jawabku memberi alasan
“kalau begitu, aku permisi dulu, mbak. Aku mau berangkat kerja”
“oh, silahkan”
Aku langsung buru buru bergegas meninggalkan tempat itu.

Setelah pertemuan singkat itu, entah kenapa hatiku merasa lega dan bersemangat. Lalu aku memutuskan untuk kembali ke tempat kerja walaupun sebenarnya sudah sedikit terlambat.

Dalam perjalanan ke tempat kerja aku merasa sangat bahagia dan selalu tersenyum bahkan tidak terasa mulutku terus meracau menyanyikan lagu lagu cinta.

Waktu sudah menunujukkan pukul empat sore dan itu adalah saatnya aku pulang, dari jam jam sebelumnya aku sudah tidak sabar untuk segera pulang, walaupun sebenarnya aku tidak akan langsung pulang karena kali ini aku ada rencana lain. Aku akan menemui gadis itu lagi di tempatnya dia bekerja dan semoga saja dia belum pulang. Aku langsung menyalakan sepeda motorku, memanasinya sebentar dan langsung menjalankannya berlainan arah dari arah menuju pulang ke rumah. Perjalanan dari tempat kerjaku menuju kios buah itu sekitar sepuluh menit dan sepenjang perjalanan aku terus berfikir apa alasanku jika ditanya oleh gadis itu kenapa aku kembali lagi ke tempatnya. Aku juga terus berlatih merangakai kata kata untuk menyapanya. Ternyata dalam keadaan grogi seperti sekarang ini waktu sepuluh menit terasa hanya sekejap saja dan sekarang aku telah sampai di depan gang tempat kios buah itu berada. Aku lihat kios itu sudah tutup tapi aku masih melihat gadis itu di samping sepeda motornya dan kelihatannya dia sedang menunggu seseorang. Dari jarak yang tidak begitu jauh gadis itu tidak melihatku tapi aku bisa dengan jelas melihat kecantikkan wajahnya yang dibalut kerudung warna biru. Aku yakin dia benar banar menyukai kerudung warna biru.

Tiba tiba aku beranggapan jika gadis itu sedang menunggu pacarnya atau mungkin saja dia sedang menunggu tunangannya atau bahkan suaminya. Aku akui dalam hatiku aku merasa cemburu. Semakin lama aku melihat gadis itu semakin gelisah dan beberapa kali melihati jam tangannya. Aku merasa tidak ada salahnya jika aku menghampirinya untuk sekedar berbasa basi atau berkenalan.

Aku menjalankan sepeda motorku dan mendekatinya, dia melihatku dan sepertinya dia telah mengenaliku, wajahnya terlihat sedikit berubah jadi riang. Aku berhenti tepat di hadapannya lalu aku membuka helmku dan tersenyum ke arahnya
“aku tau kamu akan datang” sahut gadis itu tiba tiba.
“apa?”
“kamu masih ingat aku?” tanya gadis itu
“kamu siapa?” aku balik bertanya
“apa mungkin aku salah orang?”
“maksud, mba apa?”
“terus, buat apa kamu ke sini?”
“a a aku…”
“kamu ingat ini?” gadis itu mengangkat tangan kirinya dan menunjukkan sebuah gelang
“hah?” aku sangat terkejut dan rasanya aku mau pingsan. Gelang yang dia tunjukkan adalah gelang yang terbuat dari rerumputan kering yang pernah aku buat dan aku pakaikan pada seorang gadis dalam mimpiku
“ka kamu, kamu siapa?” tanyaku dengan nada yang terbata
“justru aku mau tanya, kamu itu siapa? Kenapa kamu selalu datang dalam mimpiku?” gadis itu berkata sambil sesenggukan mulai menangis
“aku tidak tau kenapa semua ini terjadi, kamu juga sering datang dalam mimpiku” jawabku. Lalu aku teringat pada sebuah cincin yang pernah dia pakaikan di jariku dalam mimpi
“lihat, apa kamu pernah memakaikan cincin ini ke jariku?” aku mengangkat tanganku dan memperlihatkan cincin yang terbuat dari rerumputan kering. Gadis itu hanya terpaku melihat cincin itu dan air matanya mengalir. Aku diam tidak tau apa yang harus aku katakan lagi.

Kami terus terdiam. Gadis itu tidak berhenti mengusap air matanya. Dia terus menangis dan aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Tak terasa mataku menjadi hangat dan air mataku berlahan terjatuh. Aku benar benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku mengahapus air mataku.
“sudahlah, kamu jangan menangis.” Aku mencoba menenangkan gadis itu
“kamu aja nangis” ucapan gadis itu membuatku sedikit malu. Aku tersenyum Lalu aku mengusap mataku untuk memastikan tidak ada lagi sisa air mata.
“semua ini hanya kebetulan dan aku benar benar tidak tahu”
“apa? Kamu bilang apa?” tanya gadis itu sambil menatap tajam.
“mm mmm mm…” aku tidak berani mengulang kata kata ku yang barusan. Lalu gadis itu mengalihkan pandanganya dan menghapus air matanya lagi. Kami lalu kembali saling membisu untuk beberapa saat. Sepertinya gadis itu terus menangis dan aku tidak tahu kenapa. Aku benar benar bingung dibuatnya
“mmm mba,” panggilku dengan halus. gadis itu menengok ke arahku
“da dalam mimpiku, kamu jadi pacarku” aku tersenyum dan benar benar malu telah mengatakan kalimat itu, gadis itu juga tersenyum dan aku telah berhasil mencairkan suasana
“kamu juga, tapi kenapa dalam mimpiku kamu kelihatan tampan sekali?”
“oh ya?” kami tersenyum bersamaan. Aku menatap lekat lekat wajahnya. Aku tidak ingin berpisah dengan gadis ini karena aku telah mencintainya bahkan sebelum kami bertemu dan saling mengenal. Ini adalah pertemuan yang sangat aneh dan aku berfikir sebaiknya aku mengungkapkan semua isi hatiku. Semua sudah terlanjur aneh
“apa kamu juga mencintaiku?” tanyaku tiba tiba
“apa?” gadis itu terkejut dengan pertanyaanku
“setidaknya dalam mimpimu” aku melanjutkan
“kamu pikir untuk apa aku di sini?” tanyanya
“aku tidak tahu”
“ternyata kamu bodoh tidak hanya dalam mimpi” kami tertawa bersama
“lihat, gelang yang kamu buat ini jelek sekali”
“masa si?”
“sebenarnya tanganku gatal gatal memakainya” lanjut gadis itu
“terus kenapa tetap kamu pakai?”
“kenapa? Kamu tidak tau kenapa?” gadis itu balik bertanya. Aku hanya menggeleng kepala
“dasar bodoh” kami tertawa lagi
“kamu ingat nggak, kamu pernah bilang ke aku katanya kamu serius sama aku?”
“iya, aku ingat” jawabku dengan jelas
“terus kapan kamu mau ngelamar aku?” tanya gadis itu
“apa? Kamu juga cinta sama aku?” aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar, ternyata gadis berkerudung biru yang sering datang dalam mimpiku yang selalu aku kagumi dalam mimpi dan sadarku juga mencintaiku. Aku merasa ini hanya mimpi dan aku mulai tidak percaya dengan kenyataan ini. Aku beberapa kali mencubit tanganku sendiri tapi aku masih belum percaya walaupun aku merasa sedikit sakit. Aku mencoba menampar nampar pipiku dengan pelan dan sakit yang terasa benar terasa nyata. Ini benar benar nyata, bukan mimpi yang selama ini aku alami
“hai, apa yang kamu lakukan? Cukup..!!” gadis itu menghentikan aku yang terus menampari pipiku
“aku tidak mimpi?” gadis itu hanya tersenyum malu malu. Senyumnya kali ini benar banar manis.
“kamu mau ikut aku?”
“kemana?”
“ke rumahku, akan kukenalkan pada ibuku” gadis itu diam sesaat
“kamu tidak keberatan?”
“aku justru memaksa” jawabku menutup. lalu kami bergegas menendarai sepeda motor kami masing masing. aku jalan di depan karena gadis itu tidak tahu jalan menuju rumahku. dalam perjalanan pulang aku merasa sangat bahagia dan aku yakin ibu pasti akan surprise melihat kami. aku jadi kangen sekali pada ibu.

Sebenarnya aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke rumah dan memberikan ibu kejutan, seorang calon menantunya sekarang berada sekitar lima meter di belakangku. sesekali kali aku melihatinya lewat kaca spion dan beberapa kali aku dibuat celingukkan mencarinya karena dia menghilang dari pantauan kaca spionku tapi kemudian dia terlihat lagi.
jarak menuju rumahku lumayan jauh, untung hari ini jalanan tidak begitu padat.

Kami telah sampai di depan rumah, rumah kecil yang sepi yang merindukan kebersamaan sebuah keluarga yang lengkap dan bahagia..
“ayo silahkan masuk, tidak usah malu malu” gadis itu hanya tersenyum sambil menatapku
“aku hanya tinggal bersama ibu, ayahku sudah tidak ada sejak aku kecil”
“heee… aku sudah tau” jawab gadis itu dengan ekspresi muka yang sulit ditebak
“kamu tau dari mana?”
“kamu sudah cerita banyak tentang kehidupanmu juga tentang ibumu. itulah sebabnya aku sangat ingin bertemu dengan ibumu”
“owh.. ayo ayo silahkan masuk” lalu kami berdua masuk rumah. beberapa kali kami telah mengucapkan salam tapi tidak ada yang menjawabnya. aku mempersilahkan gadis itu duduk lalu aku masuk ke dalam untuk mencari ibu. ternyata ibu sedang berada di kamarnya. aku melihat ibu sedang serius membaca alquran sambil duduk di kursi tua yang sudah berada di tempat itu semenjak aku kecil, mungkin sebelum aku lahir pun kursi itu telah ada di situ. aku berlahan masuk mendekati ibu yang sepertinya telah tau kalau aku ada di kamarnya. aku berlutut di depan ibu dan memeluk kaki ibu penuh dengan rasa sayang dan terimakasih yang tak terhingga. sayup sayup aku mendengar suara ibu membaca alquran dan sesaat kemudian ibu mengahiri bacaanya, menutup kitab suci itu dan menciumnya.
“ada apa, nak? kok berlutut kaya gini?” tanya ibu penasaran dengan tingkahku
“tidak ada apa apa, bu” jawabku dengan pelan sambil berdiri
“kalau mau makan, itu makanannya sudah ibu siapin di meja”
“nanti aja, bu. ada yang lebih penting”
“ada apa?”
“mmm maafin aku ya, bu” aku berlutut lagi dan memegang tangan ibu
“ada apa, nak?” tanya ibu dengan muka yang sedikit panik
“soal tadi pagi” sambarku
“aku telah berbohong sama ibu, sebenarnya aku belum punya pacar”
“owh.. tidak apa apa” jawab ibu dengan tatapan datar
“tapi ibu jangan khawatir” sahutku sambil menggenggan erat tangan ibu
“sekarang aku sudah punya calon istri dan sekarang dia ada di ruang tamu, bu” lanjutku
“apa?” kelihatannya ibu sangat terkejut
“kamu tidak berbohong?” tanya ibu sambil menatapku dalam dalam
“tidak, bu. kali ini aku serius. sekarang ibu temui dia ya..” ibu langsung bergegas menuju ke ruang tamu. mungkin saking bahagianya ibu sampai lupa melepas mukenanya. aku hanya tersenyum melihat semua yang terjadi. semoga allah memberikan jalan yang indah dibalik semua yang aku alami.

Aku keluar dan menuju ruang tamu dengan membawa dua cagkir teh hangat. aku mempersilahkan keduanya lalu aku berpamitan sebentar untuk mengganti baju dan aku hanya dijawab dengan senyuman indah oleh dua wanita yang sangat aku cintai. dari senyum keduanya aku menangkap suasana bahagia di hati mereka, bahkan baru kali ini senyum ibu terlihat sangat manis dan pancaran bahagia dari wajahnya membuatku merasa semakin bahagia dan tak dapat aku melukiskannya dengan kata kata indah dari penyair yang ada di bumi ini.

Setelah masuk kamar aku langsung membuka bajuku tapi belum semuanya terbuka pintu kamarku diketuk oleh ibu. aku mempersilahkan ibu masuk dan ibu langsung menghampiriku.
“wah.. cantik sekali gadis itu. ibu sangat menyukainya” sahut ibu dengan senyum yang hangat
“oya, nak. siapa nama gadis itu? tadi ibu lupa menanyakannya”
“mm mmm mmmm…” aku sempat merasa jantungku berhenti berdetak saat ibu menanyakan nama gadis itu.
“lho? kenapa ibu tidak kenalan? tanya sendiri aja, bu..” jawabku beralasan. karena jika ibu tahu kalau aku belum pernah tau namanya pasti ibu tidak percaya dan ibu akan menganggapku gila dan jika aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, aku yakin ibu akan mengumpulkan semua kiyai di kota ini untuk memberiku doa doa karena ibu menganggapku telah kemasukkan jin.
“ah, kamu sama ibu aja pakai malu malu.” balas ibu yang sepertinya tidak curiga sama sekali
“baiklah, nanti ibu tanya sendiri. kamu cepat ganti bajunya dan temui dia. ibu mau masak yang spesial buat calon menantu ibu itu”
“iya, bu”
“ya udah, sekarang ibu mau tanya namanya dulu. kamu jangan lama lama ya, ibu tunggu di ruang tamu” lalu ibu pergi meninggalkan kamarku. aku langsung menggati bajuku dan duduk di tempat tidur sambil tersenyum sendirian. mungkin memang karena aku sangat bahagia, tapi yang membuatku merasa aneh dan lucu adalah nama gadis itu. aku belum pernah tau namanya tapi aku berlagak akan mengenalkannya pada ibu padahal faktanya sekarang ibu telah tau nama gadis itu dan sebentar lagi aku akan tau nama gadis itu dari ibu. benar benar aneh..

Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur sambil membayangkan semua keanehan yang aku alami dan hari ini adalah puncaknya.
aku tahu ibu sedang menungguku di ruang tamu tapi aku sengaja tidak keluar kamar sekarang karena aku ingin memberi kesempatan pada ibu untuk bertemu lebih lama dengan gadis berkerudung biru calon menantunya yang sangat aku cintai. tak terasa mataku mengantuk dan aku terlelap untuk beberapa saat. dan ketika aku terbangun dan membuka mata ternyata ibu telah duduk di sampingku

“kenapa kamu tidur lagi?” tanya ibu datar
“o oh.. maaf..” jawabku gugup
“o ya, bu.. ibu sudah kenalan dengan gadis itu? siapa namanya, bu” tanyaku sambil tersenyum
“gadis? nama?” ibu kelihatannya bingung dengan pertanyaanku
“iya, gadis yang di ruang tamu. calon menantu ibu”
“menantu?” ibu balik beratanya sambil menatapku penuh curiga
“lho ibu gimana sih..” aku langsung bangkit dan menuju ruang tamu. aku melihat seisi ruangan ternyata tidak ada siapa siapa dan dua cangkir yang aku bawakan pun tidak ada di tempatnya. aku melihat jam dinding yang ada di ruang tamu ternyata pukul setengah enam aku juga melihat semua jari tanganku ternyata tidak ada cincin rumput kering yang terselip di salah satu jariku. lalu aku berjalan cepat menuju kamarku dan menemui ibu
“sekarang jam setengah enam pagi atau sore bu?” tanyaku serius
“kok sore? ini tuh masih pagi” jawab ibu dengan sedikit bingung
“astaghfirulloh..” aku menghela nafas panjang dan menutup wajahku dengan kedua telapak
tanganku. ternyata ini semua hanya mimpi.
“ya allah, ampuni segala dosa dosaku dan bimbinglah aku dari semua godaan yang menyesatkan” lirihku dalam hati
“sudahlah.. sekarang buruan sholat subuh dan minta petunjuk” perintah ibu dengan halus. aku tidak membuang waktu lagi dan langsung mengambil wudhu lalu mengerjakan sholat. pada sholat subuh kali ini aku banyak berdoa tentang banyak hal, aku menangis memohon ampun dan petunjuk.

Setelah sholat aku merasa lebih tenang dan aku memutuskan untuk melupakan semua mimpi tentang gadis berkerudung biru dan akan kujalani hidupku dengan normal.

Sesaat kemudian aku menemui ibu di meja makan. kami sarapan seperti biasanya tapi kali ini ibu terlihat beda karena sejak tadi pagi ibu tidak menasihatiku untuk segera menikah. ibu juga terlihat seperti lebih bahagia dari hari sebelumnya, aku bisa menangkap itu dari wajah ibu yang dari tadi tersenyum.

Setelah sarapan aku memanaskan sepeda motorku yang aku beli secara kredit setengah tahun yang lalu dan aku bergegas menyiapkan semua keperluan pekerjaanku sebagai salesman sebuah dealer sepeda motor. setelah semuanya beres sekarang saatnya aku berangkat kerja dan aku akan melupakan semua mimpi anehku. sebelum berangkat aku berpamitan pada ibu dan menyalaminya.
“Nizam..” panggil ibu saat aku siap menjalankan sepeda motorku
“iya, bu”
“kamu hati hati ya..” sahut ibu sambil tersenyum. memang kebiasaan ibu selalu mewanti-wanti-ku dengan ucapan itu kemanapun aku pergi bahkan untuk jarak dekat sekalipun. dan aku juga punya kebiasaan khas menjawab wanti wanti ibu yaitu dengan mengangguk sambil tersenyum menatap wajah tulus seorang ibu.
“Zam..” panggil ibu sambil mendekat dan aku menunggunya sambil tetap duduk di sepeda motor. sepertinya ibu akan menitip sesuatu
“salam ya buat Laila” ucap ibu diiringi senyum yang sangat manis
“Laila?” aku terkejut mendengar nama itu
“Laila siapa, bu?”
“ya ibu tidak tahu tapi tadi pagi saat ibu mau membangunkan kamu, ibu dengar kamu mengigau menyebut nama itu” jawab ibu sambil memegang pundakku sesaat lalu meninggalkanku yang sedang kebingungan.
aku masih duduk terpaku di sepeda motorku mencerna sebuah nama seorang gadis yang terucap dari mulut ibuku.

Laila…

""Fendy Ahmad Thahir""

Facebook Twitter Google+
Back To Top