"Doa Dalam Diamnya Cinta"
Lantunan irama sendu dari langit serasa menenangkan hati seakan mendamaikan jiwa, merasakan setiap titik kesejukan yang datang dengan kelopak mata menyayu bersama dengan bibir menyungging menyambut air karomah dari tuhan, di kala malam di tengah gemercik hujan, dalam gelap menyanyikan lagu kesunyian, semakin lama semakin dalam, semakin lama semakin tenang dalam balutan hening kekhusyuan, di atas gelaran sajadah aku meminta. Ya Allah aku meminta dengan ilmu yang ada padaMu, pilihan yang terbaik bagiku, karena engkaulah yang maha mengetahui baik dan buruknya setiap perkara yang tidak kami ketahui, aku mohon apabila adanya kebaikan dalam dirinya untukku maka tetapkanlah untukku dan perbaikilah aku untuknya, namun bila adanya keburukan di dalam dirinya untukku maka jauhkanlah dan berikanlah kesejukan pada hatiku ini ya Allah.
Setiap waktu aku meminta dengan permintaan yang sama, hanya itu yang bisa aku lakukan di saat hati ini mulai berkamuflase dengan cinta khayalan dalam tawa kosong dan kesedihan yang tak tau sebab, di saat aku mulai berfikir bahwa pacaran sebelum menikah adalah haram namun apakah mencintainya dalam diam juga termasuk meracuni hati dengan yang tidak halal?, hati kecilku gelisah dan bimbang, tetapi aku ingat akan satu hal, bahwa rasa cinta itu adalah fitrah setiap manusia, dan tabiat manusia, bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak menyalahkan rasa tersebut, asalkan tetap dalam batas dan tidak melebihi kecintaan kita kepada Allah.
“di jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)” (QS Ali Imran; 14)
karena adanya interaksi dengan frekuensi yang tidak jarang itu yang membuatku mulai merasakan getaran cinta dengan seorang wanita, Dialah sahabatku, aku mengenalnya sejak dua tahun lalu, karena kami satu angkatan dalam gelombang pendaftaran pada saat penerimaan karyawan baru di salah satu perusahan swasta membuat kami menjadi dekat, satu tahun kami kenal, aku dan dia lebih memilih berkomitmen hanya untuk bersahabat saja, kami banyak sharing terutama soal agama islam, kami banyak berbagi ilmu dari yang kami dapat, kami sering bertanya tentang perihal yang tidak kami ketahui tentang apapun yang menyangkut agama kami, menurutku dia muslimah yang baik dan semoga baik pula menurut Allah. Masing-masing dari kami juga mempunyai satu komitmen yang sama dalam hidup kami yaitu tidak ingin berpacaran sampai adanya pernikahan, seiring berjalannya waktu ternyata banyak kesamaan di antara kami, entah ia merasa begitu atau tidak, mungkin aku saja yang terlalu memperhatikan itu, karena di saat kita sedang merasakan cinta kepada seseorang, hal sekecil apapun yang berhubungan dengan kita dan seseorang itu akan terasa sangat terlihat, baik itu kesamaan antara kita dengan dia, maupun hal-hal kecil lainnya. Aku mulai merasakan suatu perasaan yang sangat sulit di definisikan oleh kata-kata dan juga tidak mudah di cerna oleh logika, aku mencintainya dalam diam dalam hembusan nafas yang tidak terkuak oleh kata-kata, dia cantik, sopan, ramah, agamanya pun In syaa Allah baik, tidak sedikit laki-laki yang berusaha mendekatinya, bahkan tak sedikit pula lelaki yang mengajaknya menikah, tetapi yang membuat aku lega ialah ketika ia berusaha menolak setiap ajakan mereka tentunya dengan cara yang lembut, aku tidak tau alasan kenapa ia menolak, tetapi kalau menurutku mungkin ia hanya ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu, begitu yang ia ceritakan pada saat kami berbicara dengan bertukar cerita, aku patah hati mendengarnya tetapi aku tetap menjadi pendengar setia untuknya dengan selalu mencoba memberi sedikit pendapatku, hanya mencoba agar tetap berkontribusi dalam hidupnya. bukannya aku tidak berani untuk menyatakan perasaanku kepadanya tapi aku hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan, aku takut kalau dia tau apa yang aku rasakan terhadapnya, ia akan menghindar dan menjauh dariku, lebih baik aku mencintainya secara diam-diam tetapi aku tetap bisa berteman dekat dengannya, meskipun kami berteman dekat tetapi kami tetap menjaga agar tidak berkhalwat, sampai Allah memberi kesempatan kepada kami untuk saling menyempurnakan separuh dari agama kami dengan menikah, mengingat usia kami yang masih muda, dan belum cukupnya persiapanku untuk menikahinya maka aku tetap menjaga persahabatan kami dan tentunya hatiku agar tidak terlalu terpaut darinya, berbeda dengannya walaupun ia masih muda, karena ia seorang perempuan mungkin saja ia menerima lamaran dari lelaki yang mengajaknya menikah kalau ia cocok. Dan jikalau aku menuruti nafsuku aku akan mengatakan ini kepadanya, aku suka padamu, aku sayang padamu, aku cinta padamu, di hadapannya, tapi semua itu harus aku tahan dan berabarlah sebagai kuncinya, karena kelak jika memang sudah waktunya aku akan mengatakan itu padanya karena karena aku halal baginya, dan semata-mata karena Allah swt.
Bingkisan do’a untuknya Dalam diam ku berdoa, ku titipkan kepada yang meha esa (ALLAH), dengan gaya dan caraku yang khas disampaikan dengan cara-Nya yang paling terindah hanya untukmu, dan aku pun akan terus berdoa dan ikhtiar dalam kesabaranku di susul dengan usahaku kelak jika memang sudah tiba waktunya, karena sabar itu akan indah pada waktunya, benar kan ukhti? aku akan memilihmu dalam naungan-Nya.
Suatu saat jika kesiapan lahir dan batinku sudah sempurna dan kau pun sudah mencapai targetmu dalam kesiapanmu untuk menikah aku akan mendatangi orangtuamu dan berkata “Pak, bu dengan segala kerendahan hati dan segala kekurangan saya, saya berniat untuk menikahi anak bapak dan ibu, yaitu kau ukhti”
Cerpen Karangan: Reno Asiawan