Khutbah Idul Fitri 1437 H
“Mewujudkan Masyarakat Kasih Sayang”
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اللهُ أَكْبَرُ
بِفَضْلِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بحِلْمِهِ وَعَفْوِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ
بِجُوْدِهِ وَكَرَمِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ،
وَبَسَطَ الأَرْضَ بِغَيْرِ عَنَتٍ، وَسَخَّرِ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِلْعَمَلِ
وَالسَّكَنِ، وَأَنْزَلَ الْغَيْثَ عَلَى عِبَادِهِ بِرَحْمَتِهِ، وَسَخَّرَ
الأَفْلَاكَ دَائِرَةً بِحِكْمَتِهِ وَقُدْرَتِهِ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي اِمْتَنَّ
عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الِإسْلاَمِ، وَشَرَحَ صُدُوْرَنَا بِنُوْرِ
الإِيْمَانِ، وَأَفَاضَ عَلَيْنَا بِآلاَئِهِ الْعِظَامِ حَيْثُ جَعَلَنَا مِنْ
خَيْرِ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ، وَأَنْزَلَ عَلَيْنَا أَعْظَمَ كِتَابٍ
وَأَحْكَمَهُ، وَيَسَّرَ لَنَا أَمْرَ طَاعَتِهِ، وَبَشَّرَ الْمُتَّقِيْنَ
بِجَنَّتِهِ، وَحَذَّرَ الْمُعْرِضِيْنَ بِأَلِيْمِ عِقَابِهِ
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Ramadhan dan Idul Fitri
tahun ini kita masuki dan kita lewati dalam suasana perpolitikan di Tanah Air
yang sangat panas. Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden sudah kita lewati.
Kita bersyukur karena sudah ada Presiden dan wakil Presiden yang terpilih.
Harapan kita adalah Pemimpin yang baru di Negeri ini dapat menjalankan tugas
dengan baik sebagaimana yang dijanjikan dalam kampanye yang lalu. Sebagai warga
Negara kita tentu harus menghormati pemimpin meskipun bukan pilihan kita.
Kecintaan kita pada seorang pemimpin tidak boleh sampai menghilangkan daya
kritis, namun kebencian kita padanya juga tidak boleh menghilangkan ketaatan. Karena
itu, syarat menaati pemimpin adalah selama perintahnya tidak mengandung
kemaksiatan, Rasulullah SAW bersabda:
عَلَى
الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا اَحَبَّ وَكَرِهَ اِلاَّ اَنْ
يُّؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَاِنْ اُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَسَمْعَ وَلاَطَاعَةَ
Kewajiban
taat dan patuh bagi seorang muslim (terhadap pemimpinnya) itu dalam hal yang
disukai maupun yang tidak disukai selama tidak diperintah berbuat maksiat. Jika
ia disuruh berbuat maksiat, maka ia tidak perlu mendengar dan tidak perlu taat
(HR. Muslim).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia
Bagi
kita sesama anggota masyarakat, salah satu yang harus kita buktikan sesudah
Ramadhan berakhir adalah mewujudkan rasa kasih sayang, hal ini karena puasa Ramadhan
memang mendidik kita untuk memiliki kasih sayang, bukan permusuhan. Karenanya
ketika ada orang mengajak kita berkelahi dan melakukan penghinaan, maka kita
tidak usah melayaninya, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم: ” لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ
مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ،
فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum, sesungguhnya
puasa adalah menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor, maka jika ada
seseorang yang menghina atau berbuat bodoh kepadamu, katakanlah, sesungguhnya
aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.”(H.R Shahih Ibnu
Khuzaimah).
Terwujudnya kasih sayang antar manusia
merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, karena
tidak ada alasan bagi mereka untuk melakukan masalah dan mengembangkan permasalahan,
karena masing-masing sudah bisa menjalani kehidupan dengan baik dan ini tentu
ingin dipertahankan. Pada masyarakat yang sejahtera dikembangkanlah rasa kasih
dan sayang antar sesama. Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan
masyarakat akan terwujud manakala kita saling menyayangi dengan sesama. Di
samping itu keindahan hidup juga bisa dilihat dan dirasakan bila kasih sayang
antar sesama dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak, ada enam hal
yang harus diwujudkan sebagai cermin dari saling menyayangi antar sesama kita.
Pertama, saling menghormati sehingga tidak ada
buruk sangka, tidak mengejek, dan tidak memanggil dengan panggilan yang buruk,
tidak mencari aib atau kejelekan, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ
عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) (QS Al Hujurat [49]:11).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kedua, Tolong Menolong, ini merupakan sesuatu
yang saling dibutuhkan, sehebat dan sekuat apapun manusia sangat membutuhkan
pertolongan atau kerja sama dalam kebaikan, bahkan sedapat mungkin tetap
memberi pertolongan meskipun dia sendiri berada dalam kesusahan, dia harus
berusaha mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri, seperti dalam firman Allah:
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”(QS
Al Maidah [5]:2).
Di dalam satu hadits, Rasul SAW bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَايُحِبُّ
لِنَفْسِهِ
Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia
mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan
Muslim dari Anas).
Di antara maksud ta’awun dalam kebajikan
adalah menghilangkan atau paling tidak mengurangi kesulitan orang lain, bila
ini dilakukan, keutamaannya adalah ia akan dihilangkan kesusahannya oleh Allah
SWT dalam kehidupan di akhirat, bahkan orang yang suka menolong akan
mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَعَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ
اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ
مَاكَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيْهِ
Dan barang siapa yang memberikan kemudahan
(membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan
urusannya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutup aib orang
muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya
Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.
(HR. Muslim)
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Ketiga, Saling Memberi Nasihat (taushiyah),
sehingga seorang muslim yang hendak melakukan kesalahan akan meninggalkannya,
dan bila terlanjur salah, maka kesalahan itu tidak sampai menjadi kebiasaan dan
karakter dirinya. Oleh karena itu, orang baik membutuhkan nasihat agar ia bisa
mempertahankan kebaikan atau bertambah baik, sedangkan orang yang belum baik
membutuhkan nasihat agar menjadi baik, ini akan mencegah manusia dari kerugian,
Allah SWT berfirman:
إِنَّ
الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ.إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih
serta nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran (QS Al Ashr [103]:2-3).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Keempat, Melindungi Keselamatan Harta dan Jiwa
sehingga adanya seorang muslim akan memberikan ketenangan bagi muslim. lainnya,Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ
رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُعْتِقَهُ مِنَ
النَّارِ
Siapa saja yang melindungi harta benda
saudaranya, Allah akan lindungi wajahnya dari sentuhan api neraka (HR. Ahmad).
Di dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
أَلْمُؤْمِنُ
مَنْ أَمِنَهُ الْمُؤْمِنُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
Seorang mukmin adalah mereka yang mampu
memberikan keamanan bagi mukmin lainnya, baik keamanan diri maupun harta (HR.
Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).
Bila sesama muslim secara umum harus saling
melindungi, apalagi dengan tetangga. Karena itu, manakala tetangga sampai tidak
merasa aman dari keburukan kita, maka Rasulullah SAW memvonis kita sebagai
orang yang tidak beriman, hal ini karena kita seharusnya bisa melindungi dan
memberikan pertolongan kepada tetangga, bukan malah kita berlaku buruk
kepadanya, beliau bersabda:
وَاللهِ
لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ. فَقِيْلَ لَهُ: مَنْ
هُوَ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ أَلَّذِى لاَ يَأْمَنَ جَارَهُ بَوَائِقَهُ
Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak
beriman, Demi Allah tidak beriman. Sahabat bertanya: “Siapakah yang tidak
beriman?”. Jawab Nabi: “Orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh
karena itu, manakala kita betul-betul tidak bisa berlaku baik kepada tetangga
sehingga mereka tidak merasa aman dari keburukan kita, maka ancamannya adalah
tidak akan dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga,
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Kelima, Saling Memaafkan. Manakala seseorang
melakukan kesalahan, mungkin saja ia membalas kesalahannya itu, namun balaslah
dengan balasan yang setimpal, jangan sampai pembalasan yang melebihi dari
kesalahan yang dilakukannya, tetapi sebagai muslim yang baik kita tidak mungkin
membalas kesalahan orang lain. sedangkan memaafkan kesalahan orang tersebut
merupakan sesuatu yang lebih baik, ini merupakan akhlak baik sesama muslim
sehingga Allah SWT menyiapkan pahala untuknya, Allah SWT berfirman:
وَجَزَآءُ
سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ
إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْظَّالِمِيْنَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim (QS
Asy syura [42]:40).
Hal-hal yang diutamakan di dalam Islam berarti
memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya, karena itu
setiap muslim harus berusaha memilikinya, salah satunya adalah memaafkan
kesalahan orang lain, apalagi bila ia seorang muslim, Orang yang berukhuwah dan
berkasih sayang tentu saja mudah memaafkan kesalahan orang lain, hal ini karena
ia menyadari tidak ada orang yang bersih dari kesalahan. Karena itu, bila
seorang muslim bersalah yang menyebabkan tidak ada tegur sapa, maka ia mau
memaafkan kesalahan orang lain dan ditunjukkannya dengan bertegur sapa dan
memberi salam terlebih dahulu, Rasulullah SAW bersabda:
لاَيَحِلُّ
لِمُسْلِمِ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ
فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِى يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegur
sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari malam, yaitu mereka bertemu, lalu
yang ini berpaling dan yang itu berpaling, tetapi orang yang paling baik adalah
yang paling dahulu memberi salam (HR. Muslim).
Yang Keenam atau yang
terakhir dalam mewujudkan masyarakat yang berkasih sayang adalah saling memberi
hadiah, karenanya sekecil apapun nilai dari hadiah itu, kita harus melakukan
atau menerimanya, Rasulullah SAW bersabda:
تَهَادُوْا،
فَإِنَّ الْهَدِيَّةَ تَذْهِبُ بِالسَّخِيمَةِ
Saling menghadiahilah kalian karena
sesungguhnya hadiah itu akan mencabut atau menghilangkan kedengkian.”
(HR. Ibnu Majah)
Bahkan secara khusus, kepada para wanita,
Rasulullah SAW berpesan:
يَا
نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ، لاَ تُحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ
شَاةٍ
Wahai wanita-wanita muslimah, jangan
sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh untuk memberikan hadiah kepada
tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, sudah seharusnya kita kembali
dalam suasana perdamaian yang kesemuanya harus dimulai dari keluarga hingga
masyarakat dan bangsa. Kedamaian membuat kehidupan bersama menjadi indah,
karenanya konflik antar sesama tidak boleh berkepanjangan apalagi bila sebabnya
bukan persoalan yang prinsip.
Semoga setelah Ramadhan berakhir, ketaqwaan
kita semakin kokoh, kehidupan keluarga dan masyarakat semakin baik, semangat
menuntut ilmu semakin besar, dan masjid-masjid terus kita makmurkan sebagaimana
mestinya.
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
[Khutbah Kedua]
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Berakhirnya Bulan Suci Ramadhan tahun ini bukan
berarti berakhir juga aktivitas peningkatan taqwa kita kepada Allah. Karena
itu, keberhasilan kita melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan, harus kita
buktikan dengan hal-hal yang baik, dan kita tingkatkan sesuai dengan nilai
latihan yang kita peroleh selama Ramadhan. Itu sebabnya bulan setelah Ramadhan
adalah Syawwal yang berarti peningkatan yaitu kita harus meningkatkan kualitas
ibadah kita kepada Allah.
Diakhir khutbah
kedua ini marilah kita berdoa kepada Allah agar kita selalu diberikan kemudahan
dalam melaksanakan ibadah di bulan-bulan setelah Ramadan dan kita selalu
diberikan kesahatan sehingga kita bisa memanfaatkan bulan-bulan setelah
ramadhan ini sebaik mungkin sesuai yang telah di contohkan oleh Rasul Kita
Muhammad SAW.
Allahumma
Shalli Alaa Sayyidina Muhammad Wa alihi Washahbihi Wasallim
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini
sebagai puasa yang terakhir dalam hidup kami. Seandainya Engkau berketetapan
sebaliknya, maka jadikanlah puasa kami ini sebagai puasa yang dirakhmati bukan
yang hampa semata”
Ya Allah,
mudahkanlah segala urusan kami, mudahkanlah segala urusan kedua orang tua kami,
mudahkan segala urusan keluarga kami, mudahkanlah segala urusan guru-guru kami,
mudahkanlah segala urusan mesjid kami, mudahkanlah segala urusan kampung kami,
dan mudahkanlah segala urusan seluruh bangsa kami bangsa Indonesia.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut
kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan
berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan
pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia
ini.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan
muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah
meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
Ya Allah, tolonglah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezki. Tunjukilah kami dan
lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.
Ya Allah, mudahkanlah kami dalam
beribadah kepadaMu, berikan kesehatan kepada kami, kuatkanlah iman kami, dan
panjangkan umur kami, agar kami bisa melaksanakan ibadah bulan suci ramadhan
tahun depan, berkahilah kami Ya Rabb.
Ya
Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang
baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
رَبَنَا
ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا
كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمِينَ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ